Sphinx dan Piramida Giza (omeunomearti.blogspot.com) |
Umrah plus Mesir - Sobat wisata muslim, kali ini kita
akan berkenalan dengan sebuah negara yang terletak di Afrika bagian timur laut.
Negara ini merupakan salah satu daerah tujuan wisata muslim yang menarik.
Biasanya, biro travel dan umrah memiliki paket wisata muslim untuk mengunjungi
negeri yang terkenal dengan bangunan piramidanya, Mesir!
Mesir digolongkan dalam negara maju
di benua Afrika. Luas Mesir sekitar 997.739 km² yang meliputi
Semenanjung Sinai (masuk dalam benua Asia bagian barat daya) dan sebagian besar
wilayah lainnya terletak di Benua Afrika bagian utara.
Sejak dulu, Mesir dikenal dengan
pertaniannya yang subur. Hal ini disebabkan karena keberadaan Sungai Nil yang
selalu mengairi negara itu. Itulah sebabnya konsentrasi penduduk yang menetap
lebih banyak di sekitar Sungai Nil. Sementara wilayah lain berupa gurun tandus
yang termasuk dalam bentangan Gurun Sahara.
Tak salah jika Sobat Wisata Muslim
menjadikan Mesir sebagai tujuan wisata, salah satunya dengan paket umrah plus
Mesir. Hal ini disebabkan negeri dengan mayoritas penduduk beragama Islam ini
menyimpan jejak sejarah Islam. Mesir menjadi bagian dari kekhilafahan Islam
yang saat itu dijabat oleh Khalifah Umar bin Khaththab, sedangkan panglima yang
ditunjuk untuk membebaskan Mesir dari kontrol Romawi adalah ahli siasat politik
dan perang, Amru bin Ash.
Peradaban Mesir sudah terbangun
sejak lama sehingga Mesir dikenal dengan peradaban kunonya. Beberapa
peninggalan kuno termegah di dunia yang bisa ditemui di sini di antaranya
Piramida Giza, Kuil Karnak, Lembah raja, dan Kuil Ramses. Sementara itu, sebuah
kota di mesir, Luxor, memiliki artefak kuno yang jumlahnya diperkirakan
merupakan 65% artefak kuno yang ada di seluruh dunia.
Lalu, apa hubungan antara Mesir,
Piramida Giza, dan Napoleon?
Nah, berbicara tentang hubungan tersebut, kita akan dibawa pada sebuah
peristiwa sekian ratus tahun yang lalu. Sebuah peristiwa yang pernah terjadi di
sekitar lokasi piramida terbesar di wilayah Giza.
Napoleon Bonaparte (en.wikipedia.org) |
Suatu peperangan pernah terjadi di kompleks Piramida Giza. Pertempuran itu
terjadi pada hari Sabtu, 7 Safar 1213 H/ 21 Juli 1798 M, antara pasukan Mamluk
dan pasukan Perancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte. Dalam pertempuran
itu, jenderal bertubuh pendek kelahiran Korsika itu berhasil meraih kemenangan.
Kemenangan yang membuat pasukan Perancis berhasil menduduki Mesir.
Pasca kemenangan itu, mereka berhasil memasuki Kairo tiga hari kemudian.
Kota ini jatuh ke tangan Pasukan Perancis. Walau ekspedisi itu tidak
berlangsung lama, ternyata dampaknya luar biasa dan menimbulkan berbagai
perubahan di Mesir. Khususnya yang berkenaan dengan pandangan anak Negeri
Piramida terhadap Barat kala itu. Selama di Mesir, ternyata kelakuan Napoleon
tak jarang menimbulkan tawa dan senyum. Bagaimana kisahnya?
Ketika melewati hari-hari pertama di Mesir, Napoleon Bonaparte, dalam memoar
yang ia tulis ketika diasingkan di St. Helena, mengemukakan:
“Yang membuat aku geli, barangkali juga orang-orang Mesir, ialah kami datang
dengan perkiraan akan menghadapi hujan dan angin musim dingin. Ternyata, yang
kami temui adalah terik musim panas dan pasir gurun yang membakar tubuh.
Padahal sebelumnya, aku telah mengubah bentuk seragam pasukan Perancis dan
memerintahkan semua anggota pasukanku untuk mengenakan sorban seperti halnya
kaum Muslim.”
Selepas berhasil memasuki Kota Kairo, putera Carlo Bonaparte itu berusaha
memikat hati warga kairo, terutama hati para pemuka dan tokoh Mesir. Sekitar
sebulan selepas kehadirannya di kairo, tepatnya pada Sabtu, 6 Rabiul Awwal 1213
H/ 18 agustus 1798 M, bulan itu merupakan bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Selaku penguasa baru Mesir, ia pun menerima undangan dari Al-Azhar untuk
menyambut bulan istimewa bagi rakyat Mesir itu. Karena itu, Napoleon yang kala
itu baru berusia 29 tahun, keluar dari markas besarnya dengan mengenakan jubah
dan sorban indah. Suami dari Josephin de Beauharnais itu hendak menghadiri
peringatan hari kelahiran Rasulullah saw. di Masjid Al-Azhar.
Ketika melangkahkan kaki menuju pintu Masjid Al-Azhar, Napoleon Bonaparte
berpaling ke belakang. Ternyata, para serdadu yang menyertai dirinya sedang
tersenyum-senyum geli melihat panglima mereka yang tubuhnya kecil dan gerak
langkahnya yang cepat tenggelam dalam jubah. Merasa dilecehkan, selepas acara
itu, Napoleon bersumpah tak akan pernah lagi mengenakan jubah.
Napoleon kemudian masuk masjid dan duduk di samping seorang orientalis yang
menerjemahkan ayat-ayat Al-Quran yang dilantunkan seorang qari. Mendengar
bacaan Al-Quran, ia pun mengangguk-anggukkan kepala, laiknya yang dilakukan
kaum Muslim Mesir. Tentu saja, para hadirin pun tersenyum geli melihat perilaku
panglima bertubuh pendek dengan menggunakan jubah tersebut.
Ketika Syaikh Al-Bakri, salah seorang tokoh tarekat di Ezbekiyah, Kairo,
kala itu mengundangnya makansiang, Napoleon Bonaparte pun dengan sangat gembira
menerima undangan itu. Ia duduk bersila dan menikmati makanan yang disajikan
dengan tangannya seperti kebiasaan orang-orang Mesir. Seusai makan, ia kemudian
membersihkan mulutnya dengan jubahnya, mengikuti tindakan yang dilakukan para
hadirin lainnya. Tapi, ketika ia ditawari kendi, ia menolaknya. Mengapa? Dalam
memoarnya ia mengemukakan, sebenarnya ia tak ingin menolak tawaran minum dengan
kendi. Namun, karena tak tahu bagaimana minum dengan kendi, ia pun menolak
tawaran itu. Kemudian ketika kembali dari undangan, diam-diam ia mencoba minum
dari kendi!
Nah, untuk Sobat Wisata Muslim yang ingin mengetahui langsung suasana Mesir,
bisa mengikuti paket tour wisata muslim ke Mesir. Jika ingin sekaligus
menjalanan umrah di tanah suci, ikuti saja paket umrah plus Mesir. Sambil
beribadah, berwisata, juga belajar sejarah. Pasti menarik! (RA)