Jembatan Bosporus (dichev.com) |
Umrah plus Turki -
Jembatan Bosphorus (Bosphorus Bridge), yang dalam bahasa
Turki disebut Bogazici Koprusu, terletak di Old City, Istanbul. Raja Darius adalah
pihak yang pertama kali membangun jembatan antara
Asia dan Eropa di atas
selat Bosphorus pada 522 SM hingga 485 SM.
Saat itu ia menggerakkan pasukannya untuk
menaklukan Macedonia. Untuk itulah ia membangun
jembatan pontoon
di antara
benua Asia dan benua Eropa.
Berbagi
usaha telah dilakukan untuk membentangkan jembatan panjang di antara kedua benua tersebut. Pada abad ke-18 M, misalnya, sejumlah insinyur Perancis telah mengajukan
rancangan jembatan. Selanjutnya pada tahun 1323 H/1905
M, rancangan
lain diajukan oleh
salah satu tim dari Jerman. Pada
tahun 1930-an,
sebuah tim lain dari Eropa mengajukan rancangan lainnya. Sementara pada tahun 1327 H/1953
M, pemerintah
Turki membuat rancangan yang lain. Namun hingga saat itu, semuanya baru dalam tahap
rancangan.
Pada
tahun 1383 H/ 1963 M,akhirnya keinginan untuk pembangunan jembatan tersebut
yang mempertemukan antara benua Asia dan Eropa mengemuka kembali, kenapa?
Robert
Arndt, dalam sebuah karyanya yang berjudul Bridge
Across The Bosphorus mengatakan bahwa
setidaknya ada dua faktor yang mendorong pembangunan jembatan tersebut. Salah satunya adalah
Istanbul sendiri. Kedua
sisi Selat Bosphorus selama
sepuluh tahun terakhir telah berkembang pesat. Lalu-lintas
dua jembatan mengalami perkembangan yang pesat pula. Lima jembatan gantung
yang dibangun antara tahun 1953 dan 1963 telah memecahkan rekor atau meraih
kemajuan dalam seni pembangunan jalan raya.
Oleh sebab itu, ketika Freeman Fox dan
partners dari London, sebuah
perusahaan paling berpengalaman dan inovatif di bidang tersebut mendapatkan proyek pada
tahun 1968 untuk merancang sebuah jembatan baru, impian itu pun akhirnya terwujud.
Lima
tahun kemudian, tepatnya
pada Selasa, 3 syawal 1393 H/30
ktober 1973 M, dilakukan
peresmian jembatan yang dibangun sebuah perusahaan Turki, Enka Construction and
Industry Co.Ltd, dan
sebuah kontraktor Jerman, Hochtief
AG. Itulah jembatan pertama yang dibangun di atas Selat Bosphorus yang
menghubungkan antara Benua Asia dan Eropa, sejak dibuatnya jembatan pontoon oleh Raja Darius.
Secara
harfiah, Jembatan
Bosphorus bermakna iring-iringan sapi,
yang terletak di antara muara Laut Hitam yang arusnya
bergerak menuju Laut
Marmara.
Selat
Bosphorus sendiri memiliki panjang sekitar 32 kilometer
dan lebar yang beragam. Di
daerah Buyukedere, lebarnya
sekitar 3,4 kilometer. Sementara di
sekitar Rumeli Hisari, lebarnya
hanya sekitar 660 meter. Di
bagian tertentu, lebar selat ada yang mencapai 4,7 kilometer. Adapun kedalamannya beragam, rata-rata memiliki kedalaman 70 meter, tetapi ada juga bagian yang memiliki
kedalaman 100 meter.
Dengan
karakteristik Selat
Bosphorus tersebut, tidak heran jika Selat Bosphorus sangat dikenal sebagai kawasan
turis dan kawasan pelayaran internasional
yang menghubungkan Eropa dengan Timur Tengah. Dengan melintasi selat
itu pula, truk-truk mengangkut
berbagi barang menuju Timur Tengah. Demikian pula kapal-kapal tanker
raksasa yang mengangkut minyak dari Irak dan Iran menuju Eropa, semuanya harus melintasi selat tersebut. Itulah yang menyebabkan Turki
kerap disebut sebagai “Pintu
Gerbang Eropa dari Timur
Tengah”.
Sahabat
wisata muslim, Selat Bosphorus tidak
hanya menyajikan keindahan semata.
Namun, keberadaan jembatan ini menjadi sumber
pendapatan negara
Turki. Bila musim panas tiba, turis-turis mancanegara, terutama dari Eropa, ramai berdatangan
untuk menyaksikan keelokan Istanbul dan kawasan di sekitarnya.
Bagi
orang-orang Eropa, pusaka
historis Istanbul sebenarnya tidak terlalu asing bagi mereka. Pusaka historis yang ada di Istanbul
merupakan cikal bakal peradaban mereka. Mereka
datang tidak hanya dengan naik pesawat terbang, tetapi juga menggunakan jalan darat. Bahkan banyak pelancong Eropa
yang datang ke Istanbul dengan naik sepeda.
Itulah yang menyebabkan Istanbul sering disebut
sebagai ”Serambi Eropa” atau “Pintu Gerbang Eropa”. Terlebih
secara geografis Istanbul merupakan
bagian dari Eropa.
Lalu-lintas di Jembatan Bosphorus (hurriyetdailynews.com) |
Lalu-lintas
di Jembatan Bosphorus sering mengalami antrian kendaraan yang panjang. Kondisi ini terjadi pada waktu berangkat
jam kerja, tidak berbeda dengan Jakarta. Bagian paling padat biasanya
berasal dari jalan Benua Asia menuju kota Istanbul. Dalam kondisi padat, bis hanya bisa bergerak
pelan saat meniti jalan menanjak
ke arah jembatan.
Di bawah jembatan, baik sudut kanan
maupun kiri, bercuatan
berbagai Istana, rumah, gedung, dan masjid. Selain itu, di ujung jembatan terdapat
billboard berwarna
kuning yang bertuliskan ”Welcome to Asia”. Billboard ini menadakan
bahwa bukan merupakan area Eropa melainkan berada di area Benua
Asia.sebaliknya ketika kita nanti kembali,diujung jembatan kita akan melihat
billboard yang sama bertulisan”welcome to Eropa”.
Perdana
menteri Recep Tayyip Erdogan
berencana akan membangun
Jembatan Boshporus lagi untuk yang ketiga. Pembangunan tersebut bertujuan mempermudah
arus lalu lintas. Diperkirakan, proyek
pembangunan jembatan ini akan dibuka pada awal
tahun 2015. Tentu
saja, pengadaan
jembatan tambahan ini akan menjadikan transportasi
ke- dan dari kota Istanbul menjadi lebih lancar. Apalagi sebuah laporan
yang diterbitkan oleh salah satu peneliti mengatakan
bahwa jumlah mobil yang melintasi Boshporus
meningkat dari tahun ke tahun
hingga mencapai dua ratus persen!
Ingin
berkunjung ke Istanbul, Turki? Ikuti paket umrah plus Turki. Jangan lupa pula
berpose di jembatan kebanggaan Turki ini, Jembatan Bosphorus. (Jang/RA)