Percetakan Quran Madinah (alriyadh.com) |
Percetakan Al-Quran Madinah - Mengerjakan umrah di tanah suci? Nah, mitra haji dan umrah bisa sekaligus melakukan wisata muslim dengan paket umrah plus. Setelah menjalankan umrah dengan khusyu’ dan sempurna, keberadaan kita di tanah suci bisa digunakan untuk mengunjungi situs-situs bersejarah atau obyek wisata menarik lainnya yang terkait dengan perkembangan dunia Islam. Salah satunya adalah Percetakan Al-Quran Madinah.
Madinah memiliki pusat percetakanAl-Quran, yaitu Percetakan Al-Quran Madinah yang berada di kompleks Raja Fahd. Komplek ini berdiri sejak tahun 1405 H/1984 M di atas tanah seluas 250.000 meter persegi. Selain secara teliti menghasilkan Al-Quran, baik versi cetak dan audio CD atau kaset, percetakan ini juga mencetak beragam jurnal, teutama jurnal yang terkait dengan penelitian dan kajian mengenai kandungan Al-Quran.
Jika
melongok kembali sejarah Al-Quran, kitab ini merupakan kumpulan wahyu yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai rasul penyampai pesan dari Allah
swt. Al-Quran berisi wahyu berupa perintah agar manusia menyembah Allah swt.
Al-Quran
terbagi menjadi 114 surat. Ada 93 surat yang diturunkan di Mekkah, sementara
sisanya diturunkan di Madinah. Wahyu yang diterima Rasulullah saw pertama kali
adalah surat”Al-Alaq”. Sementara ayat terakhir yang diturunkan QS. Al- Maidah
ayat 3, yang berbunyi:
” Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Upaya
mempertahakan keotentikan Al-Quran senantiasa ada sepanjang zaman. Hal ini
senada dengan jaji Allah swt dalam Al-Quran yang berbunyi:
“Sesungguhnya Kami-lah yang
menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (TQS. Al-Hijr:
9).
Ayat tersebut memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al-Qur'an selama-lamanya.
Ayat tersebut memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al-Qur'an selama-lamanya.
Begitulah,
setiap Rasulullah saw menyampaika ayat Al-Quran, para sahabat berusaha
menyalinnya dalam beberapa media seperti pelepah kurma, perkamen, tulang, dan
batu. Di samping itu, para sahabat juga berusaha menghapalkannya. Belajar,
menghapal, dan praktik, begitulah cara para sahabat memelihara Al-Quran.
Ketika
Abu Bakar Ash-Shiddiq menjabat sebagai khalifah setelah Nabi Muhammad saw wafat,
banyak para sahabat yang hafidz Quran syahid selama berperang melawan
kemurtadan Musailamah Al-Kadzab, sang nabi palsu. Musailamah al Kadzab, nabi
palsu yang mencoba membuat kitab tandingan mengalami kegagalan dan terbunuh
dalam penumpasan aliran sesat yang dipimpinnya.
Menyikapi
banyaknya para hafidz yang gugur, Umar bin Khaththab menemui Khalifah Abu Bakar
dan mendiskusikan ide mengumpulkan Al-Quran dalam satu kitab. Khalifah pun
segera memerintahkan Zaid untuk mengumpulkan ayat Al-Quran yang tersebar di
tangan para sahabat dalam bentuk tulisan maupun hafalan ke dalam satu buku yang
lebih populer disebut dengan mushaf. Mushaf ini selanjutnya diserahkan kepada
khalifah Abu Bakar dan disimpan hingga akhir hayatnya. Selanjutnya, Mushaf
Al-Quran disimpan oleh istri beliau yang bernama Hafshah.
Pada
masa Khalifah Utsman bin Affan, Al-Quran mulai dibaca dengan cara yang berbeda (dialek).
Hal ini disebabkan agama Islam telah tersebar ke banyak negara. Akhirnya,
Khalifah Utsman bin Affan membentuk tim untuk menyalin kembali Al-Quran
berdasarkan kitab aslinya yang disimpan oleh Hafshah. Mushaf ini disalin dalam
beberapa mushaf dan disebarkan ke penjuru wilayah kekuasaan Kekhalifahan Utsman
bin Affan. Hasil salinan ini disebut juga dengan Mushaf Utsmani.
Hingga
saat ini, Al-Quran dicetak berdasarkan standar Utsmani. Kini, Al-Quran telah
diterjemahkan ke dalam—lebih dari—50 bahasa, antara lain bahasa Afrika, Cina, Korea,
Indonesia, dan Eropa.
Di
dunia Arab, percetakan dengan huruf arab pertama kali berkembang di Beirut, Lebanon,
dan Kairo (Mesir). Percetakan huruf arab pertama kali dibuka pada tahun 1113
H/1702 M. Percetakan ini milik sebuah biara katolik Ordo Fransiscan. Adapun
buku-buku yang pertama dicetaknya adalah buku Kristen dalam bahasa Arab. Baru
pada 1249 H/1834 M buku-buku nonkeagamaan dalam bahasa Arab mulai dicetak di Beirut. Percetakan ini berperan besar
dalam penyebaran paham nasionalisme dalam tubuh Kekhalifahan Utsmani. Seperti
kita ketahui, Kekhalifahan Utsmani pada akhirnya terpecah-belah dalam beberapa
nation state.
Bagian dalam Percetakan Al-Quran Madinah (flickrhivemind.net) |
Pada saat musim haji dan umrah, komplek Percetakan Al-Quran Madinah ini selalu dipenuhi para pengunjung. Namun, berdasarkan peraturan pemerintah setempat, jamaah haji wanita tidak diperkenankan masuk ke dalam komplek percetakan. Jamaah haji wanita yang datang sekedar melihat atau membeli berbagai jenis Al-Quran di salah satu bagian kompleks tersebut.
Nah,
bagi mitra haji dan umrah yang ingin berziarah atau Melongok Percetakan Al-Quran Madinah ini,
umrah plus bisa menjadi solusinya. Selain mengerjakan ibadah umrah, jamaah juga
punya kesempatan untuk berkunjung ke tempat-tempat istimewa bersejarah. Wawasan
pun juga pasti ikut bertambah. Selamat berziarah. (Jng/RA)