Masjid Abu Abbas al-Mursi (ajilbab.com) |
Umrah plus Mesir -
Masjid Abu Abbas al-Mursi terletak di kawasan Anfoushi, Alexandria, yang dibangun atas nisbat
seorang sufi terkemuka,
yaitu Abu Al-Abbas al-Murcia
asal Spanyol. Nama lengkap beliau adalah Abu
al-Abbas Ahmad ibn Umar ibn
Muhammad Al-Mursi.
Selepas
menimba ilmu di Andalusia, Abu Abbas menapakkan kakinya ke daerah
Ceuta, Maroko. Selanjutnya, langkah-langkah kakinya mengantarkannya ke
Tunisia. Di sanalah ia bertemu dengan
pendiri tarekat Syadziliyyah,
yang saat itu dipimpin oleh Abu Hasan asy-Syadzili. Setelah cukup
menimba ilmu al-Mursi
dan gurunya, asy-Syadzili, meneruskan perjalanan
menuju Kairo dan Alexandria. Di kota inilah mereka
menetap.
Pada
tahun 656 H/1258 M, al-Mursi bersama
sang guru bertolak ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji dengan melintasi
Gurun Aidzab. Ketika mereka berada di suatu tempat bernama
Humaitsarah, sang
guru jatuh sakit dan wafat. Abu Hasan
asy-Syadzili sempat berpesan kepada murid-muridnya
bahwa ia menunjuk al-Mursi sebagai
penggantinya dalam menyebarluaskan ajaran-ajaran tarekat Syadziliyyah.
Awalnya, Masjid Abu Abbas al-Mursi dibangun
oleh Syaikh Zainuddin Al-Qathathan pada 706 H/1307 M, seorang pedagang kaya dari Alexandria. Sebelum mendirikan masjid, beliau pernah
berziarah ke makam
asy-Syadzili dan memerintahkan
bawahannya
untuk membangun
kuburan dan masjid kecil serta membiayai sang imam. Masjid ini menjadi
tempat ziarah banyak umat muslim
dari Mesir dan Maghribi
yang melalui Alexandria pada saat
berangkat haji ke Makkah.
Meskipun
pada tahun 1477 M masjid
ini dalam keadaan tidak layak pakai,
tetapi penguasa Alexandria tetap berkunjung ke makam tersebut. Setelah itu, ia memerintahkan agar
masjid tersebut segera dipugar.
Pada
tahun 1596 M, masjid
itu direnovasi lewat Syeikh Abdul Abbas al-Khawrizmy. Pada tahun 1863 M, penguasa terkenal Alexandria, Ahmed el-Kakhakhy, merenovasi dengan memperluas areal masjid tersebut. Masjid kecil itu
terakhir dipugar atas perintah Raja
al-Faruq yang berusaha
membuat Alexandria menjadi “Permata
dari Mediterania”.
Di sana ia membangun
sebuah lapangan (Midan el-Masaged atau medan
masjid) seluas 43.200 meter persegi. Masjid
Abu Abbas al-Mursi
menjadi titik fokus dan pusat
yang dikelilingi lima masjid lainnya, di ataranya Masjid al-Busiri dan Yaqut al-Ashri.
Pada
tahun 1362 H/1943 M, pemugaran
dilakukan di bagian
depan kompleks tersebut. Kali ini pemugaran dirancang dan
dilakukan atas arahan seorang arsitek asal italia yang bernama Mario Rossi. Ia lahir di Roma, Italia, pada tahun 1316H/1898
M. Ia bertolak ke Mesir
ketika masih muda atas permintaan Raja Fuad untuk dipekerjakan di kementerian perkerjaan umum
dan istana. Arsitek Italia ini mampu
beradaptasi dengan cepat dan menyerap berbagai tradisi kebudayaan Islam di Mesir dalam
bidang yang ia digeluti,
yaitu arsitektur.
Mario
Rossi kemudian memeluk islam dan meninggal
dunia di Kairo pada 1381 H/1961 M.
Ia meninggalkan sederet karya khazanah arsitektur, baik berupa tulisan
maupun bangunan yang tidak ternilai. Selain
itu, ia
juga meninggalkan sejumlah murid berbakat di bidang arsitektur seperti Ali Tsabit dan
Ali Khairat yang menyusun sejumlah buku tentang sejarah arsitektur masjid di
Mesir modern.
Bagian dalam kubah Masjid Abu Abbas al-Mursi (http://www.tumblr.com) |
Arsitek
yang merancang sekitar 260 masjid, termasuk Masjid Umar Makram di Kairo, Masjid Stasiun el-Raml di Alexandria, dan Islamic center di Wasinghton
D.C., USA, itu juga melengkapi Masjid Abu Abbas al-Mursi dengan sebuah
kubah yang tinggi menjulang hingga mencapai 26 meter. Di bagian dalam kubah
tersebut terdapat kepingan seni yang dihiasi lampu gantung raksasa yang setara dengan
lampu gantung Masjid
Muhammad Ali di Kairo. Agar
kubah tersebut bisa menahan lampu dengan
berat beberapa ton yang terbuat dari perpaduan
perunggu, kuningan, dan Kristal, Mario Rossi memperkuat
dasar kubah tersebut dengan delapan penyangga granit berwarna merah muda yang
dibuat di Italia. Bagian
kubah itu sendiri diberi dekorasi dengan ornamen ukiran batu.
Di sisi lain, di atas tiang-tiang
tersebut, terdapat
lengkung-lengkung lancip yang tinggi menjulang. Gaya lengkung tersebut hasil kreatifitas Rossi, yang kemudian diikuti banyak masjid lainnya. Sebagai contoh, bagian
dari Masjid Nabawi yang dipugar Raja Abdul Aziz as-Saud.
Dinding
Masjid al-Mursi mencapai 23
meter dengan batu buatan, sementara
menara yang terletak di sudut selatan dirubah
naik 73 meter dengan desain Ayoubids yakni 15 meter dalam bentuk
persegi, 4 meter dengan delapan sisi,15 meter dengan enam belas sisi, dan terakhir bentuk
atas 3,25 meter melingkar. Bagian
atas menara ditutupi dengan kuningan dan memiliki fianale Islam.
Masjid
ini memiliki dua
pintu masuk utama, satu menghadap
ke alun-alun dan lainnya menghadap
istana kerajaan di Rastimah. Selain itu, masjid ini memiliki
oktagon dengan ukuran 22 meter dan didukung 16 kolom lengkungan-lengkungan
yang terbuat dari granit Italian. Kolom
itu berbentuk persegi delapan dengan tinggi 8,60 meter. Di tengah-tengah langit masjid terdapat langit yang
ditinggikan dengan delapan sisi dan tiga
jendela kaca dengan desain arabesque. Terakhir
adalah mimbar dan jendela yang terbuat dari jati yang telah diukir dengan
ukuran 6,35 meter serta mihrab yang
terukir ayat-ayat al-Quran
yang terbuat dari emas Perancis.
Inilah
sekilas gambaran tentang Masjid Abu Abbas al-Mursi, seorang pendiri tarekat Syadziliyyah. Sahabat wisata muslim bisa mengunjungi masjid tersebut
yang terletak di Anfoushi, Alexandria. Ingin berwisata sambil mentadaburi keagungan kekuasaan
Allah swt di negeri-negeri muslim, sahabat bisa mengikuti paket wisata muslim
yang diselenggarakan oleh Cheria Travel. Selamat berwisata! (Jng/RA)