Masjid al-Azhar (africaimagelibrary.com) |
Umrah plus Mesir -
Masjid al-Azhar, yang berlokasi di
kompleks Sultan
Al-Ghuri Al-Azhar St. ini merupakan
bangunan masjid yang pertama kali dibangun oleh Jauhar Al-Shiqilli. Pada saat itu, ia menjabat sebagai
panglima perang penguasa Dinasti Fatimiyyah
ke-4, yaitu al- Muiz
li Dinillah. Pembangunan
masjid ini dimulai pada tahun
349 H/970 M dan akhirnya
diresmikan pada tahun 361 H/972 M.
Pada
saat dibangun pertama kali, ukuran Masjid al-Azhar separuh
dari ukuran saat ini. Saat itu, masjid
tersebut masih terdiri
dari shahn
terbuka, seperti
yang ada hingga kini yang dibatasi lengkung-lengkung lancip. Ruang shalat terletak di sebelah utara shahn dan dua sayap di sebelah kiri dan kanan
yang masing-masing terdiri dari tiga ruangan.
Setelah
diresmikan, Masjid al-Azhar mengalami
berbagai renovasi. Oleh
karena itu, bangunan
asli masjid tersebut berada di jantung masjid dalam bentuknya seperti yang terlihat saat ini. Renovasi yang dialami masjid ini
terdiri dari penambahan sejumlah
bangunan. Misalnya
ruangan, gedung
kuliah, mihrab, dan tempat wudhu baru. Akibatnya, masjid ini pun kehilangan bentuk
asli dan tampilan-tampilan arsitiknya. Tidak
aneh lagi, jika
masjid ini seolah menjadi
ajang pameran besar seni
islam di Mesir sejak masa pemerintahan Dinasti Fatimiyyah hingga kini.
Saat
memasuki masjid, di depan dekat terowongan
yang menuju Masjid Al-Hussein
ibn Ali dan Khan al-Khaili,
terdapat pintu Al-Mujayyiynin. Pintu ini
merupakan pintu atau gerbang utama Masjid Al-Azhar yang
dulunya digunakan sebagai
tempat para pengusaha pemangkas rambut mahasiswa Al-Azhar. Pintu masuk ini dibangun
oleh seorang penguasa Dinasti Mamluk yang bernama Sultan Al-Asyraf Saifudin
Qait Bey pada
tahun 873 H/1469 M. Lengkung-lengkung
di atas
pintu dihiasi muqaranas (ukiran-ukiran
stalaktit) dan sisi-sisinya dihiasi bentuk-bentuk arabeas yang berasal dari masa itu.
Selain
itu disebelah kanan selasar terdapat sebuah gedung Madrasyah al-Aqbughhawiyyah yang
dibangun oleh seorang pangeran dari Dinasti Mamluk, yaitu Ala’uddin
Aqbugha Abdul Wahid pada tahun 740 H/1339 M. Ia memang terkenal sangat menaruh perhatian
terhadap lembaga pendidikan ini.
Itulah yang menyebabkan ia juga membangun ruang
shalat, dinding
kiblat, dan menara di gedung tersebut.
Sementara
di sebelah kiri selasar, terdapat
gedung lama Madrasah ath-Thaibarsiyyah
yang dibangun pangeran Ala’uddin Thaibars al-Khazindar, seorang wakil panglima
pasukan Dinasti Mamluk pada masa pemerintahan an-Nashir Muhammad ibn Qalwun. Madrasah tersebut
didirikan sebelum Madrasah al-Aqbughawiyyah pada tahun 719 H/1319 M. Pangeran Thaibars
terkenal sebagai seorang
tokoh yang lurus dan saleh.
Selain
sebagai sekolah, madrasah
tersebut juga digunakan
sebagai masjid. Tak aneh jika madrasah tersebut
dirancang bagus dan indah. Bagian
dalam gedung madarasah tersebut bisa dikatakan sebagian salah satu contoh
menawan dari seni Islam. Sejak 1314 H/1896 M, madrasah tersebut
dijadikan perpustakaan al-Azhar.
Sahn atau bukaan luas di dalam kompleks Masjid al-Azhar (whattodoinegypt.com) |
Sahabat
wisata muslim, usai melewati selasar
di antara
kedua madrasah tersebut, kita
akan memasuki shahn lapang Masjid al-Azhar yang dikitari
bukaan-bukaan dari segala arah. Shahn
tersebut berada di posisi
sebelum Masjid al-Azhar lama. Ruang shalat yang berujung
pada dinding kiblat lama disambung
dengan perluasan yang dilakukan seorang tokoh Mamluk di Mesir pada masa
pemerintahan Dinasti Utsmaniyyah,
yaitu Abdurrahman Katkhuda, yang dipandang menaruh
perhatian besar terhadap bangunan Masjid
al-Azhar.pada tahun 1167
H/1753 M.
Katkhuda
memugar masjid itu dan menambah bagian utara ruang shalat
yang asli. Selain
perluasan ke arah
utara, didirikan
pula sebuah bangunan besar yang memiliki
pintu besar. Kini pintu
tersebut lebih dikenal
dengan sebutan pintu ash-Shaya’idah. Pintu ini merupakan gerbang
besar yang dibuat oleh Abdurrahman
Katkhuda. Di atas pintu tersebut
dibangun ruangan khusus untuk mengahapal
al-Qur’an bagi anak-anak.
Di
bagian taman lapang berdinding didirikan makam, tempat penampungan air, dan saluran air. Di bagian atas makam tersebut
dibuat sebuah kubah kecil. Sementara
di samping pintu ash-Shaya’idah, didirikan sebuah menara
yang dinisbatkan kepada
Abdurrahman Katkhuda atas jasa besarnya dalam pendirian pintu gerbang utama al-Azhar yang kini
disebut pintu al-Muzayyinin.
Saat
ini, Masjid
al-Azhar memiliki lima
menara dengan gaya yang berbeda.
Hal ini disebabkan kelima menara tersebut
didirikan pada masa yang berbeda. Dua menara dibuat oleh Abdurrahman Katkhuda, satu menara oleh Sultan Qait Bey, dan satu menara lainnya oleh Sultan al-Ghuri. Adapun menara yang didirikan
Sultan Qait Bey merupakan menara terbesar yang
memiliki 2 balkon.
Seiring
bergulirnya waktu, masjid yang semula
memiliki 13 mihrab kini tinggal tersisa
6 mihrab. Adapun mihrab yang
tertua adalah mihrab di dinding kiblat lama pada dinding masjid lama. Mihrab-mihrab tersebut
dibuat dengan penuh keindahan dan kecermatan yang beragam. Selain itu, masjid ini memiliki 3
kubah. Kubah yang paling besar dan
terindah adalah kubah yang berada di Madrasah
al-Jauhariyyah, yang menyambung dengan Masjid Al-Azhar. Kubah
tersebut memiliki sejumlah syammasa dan lengkung-lengkung
lancip yang dari luar berhiasan ukiran-ukiran kaligrafi indah.
Itulah Masjid al-Azhar, Bukti Kecintaan Para Penguasa Mesir pada Ilmu dan Agama. Berkunjung
ke Mesir? Kurang lengkap rasanya jika tidak berkunjung ke Masjid al-Azhar. (Jng/RA)