Masjid Fustath, Prasasti Pembebasan Mesir oleh Kaum Muslimin (egytarek.blogspot.com) |
Umrah plus Mesir - Berwisata ke Mesir? Jangan lupa untuk mengunjungi distrik Mesir Lama. Di daerah ini terdapat banyak bangunan historis Islam, salah satunya adalah Masjid Fustath, Prasasti Pembebasan Mesir oleh Kaum Muslimin. Masjid ini disebut juga dengan Masjid Amr Ibnu Ash, yang merupakan bagian dari peringatan dalam sejarah Islam yang mencatat peran besar Amr ibn al-Ash dalam menundukkan Mesir.
Sebelum
memeluk Islam, Amr ibn Ash adalah seorang
pedagang sukses di kota Alexandaria,
yang menjadi
pusat perniagaanya. Setelah memeluk
Islam pada tahun 18
H/639 M, Amr
ibn Ash diangkat oleh khalifah Umar ibn Al-Khattab menjadi Gubernur Palestina dan Yordania.
Pada
saat Khalifah Umar melakukan perjalanan terakhir ke
Suriah, Amr ibn Ash menunggu
kedatangan sang Khalifah untuk membicarakan idenya untuk menguasai Mesir. Menurutnya, Mesir harus ditundukkan agar posisi pasukan kaum
muslimin yang telah berhasil menundukan Suriah dan Yordania terlindungi, terutama dengan
menundukan kota Alexandria. Hal itu disebabkan Alexandaria merupakan
salah satu pangkalan kuat bangsa Romawi yang merajalela di Laut Tengah. Alexandria harus direbut, jika tidak, posisi pasukan kaum
muslimin akan selalu menjadi
bulan-bulanan angkatan laut Romawi yang menguasai Laut Mediterania.
Awalnya,
Khalifah Umar enggan memenuhi
permintaan sang jenderal. Menurutnya, penaklukan Mesir belum
saatnya dilakukan. Namun, karena Amr ibn Ash
mengemukakan idenya berulang-ulang, sang khalifah pun mengizinkannya dengan syarat hanya membawa
4.000 serdadu.
Mendengar
keputusan tersebut, betapa gembiranya sang jenderal yang terkenal piawai
di medan pertempuran itu. Ia pun segera membawa
pasukan dari al-Arisy
menuju Farma,
yang terletak di tepi
Laut Tengah. Setelah berhasil mengalahkan
pasukan Romawi yang mencoba
menghadangnya, sang
jenderal mengarahkan
pasukannya ke arah
Benteng Babilonia. Benteng pun jatuh, begitu pula dengan wilayah
Balbis dan Umm Danin.
Setelah beberapa saat beristirahat di dekat Benteng Babilonia, Amr meminta izin lagi
untuk menaklukkan
Alexandria,
yang pada saat itu menjadi kota metropolis
Byzantium yang berkebudayaan Yunani. Begitu
izin sang Khalifah diterima, Amr ibn Ash pun menggerakkan
pasukan kaum Muslimin untuk
mengepungnya. Setelah pengepungan
selama 14 bulan, pasukan
terdepan yang berada di bawah komando Zubair ibn Awwan dan Maslamah ibn
Mukhallad berhasil menjebol pertahanan kota tersebut. Alexandria jatuh pada tahun 20 H/ 640 M.
Usai
menaklukkan pasukan Romawi, Amr ibn Ash menulis
surat kepada khalifah yang berisi, ”Saya telah berhasil
menundukan sebuah kota di ujung
barat. Betapa banyak harta
kekayaan kota ini hingga
saya tidak kuasa menghitungnya. Di
kota ini terdapat tidak kurang dari 4.000 pemandian Yahudi yang siap
membayar jizyah
dan 4.000 pemain musik dan tarian.”
Untuk
menhindari serangan balasan pasukan Romawi dari
laut, yang masih menguasai berbagai kawasan di luar Mesir, Umar memerintahkan Amr
ibn Ash supaya tidak memilih Alexandria sebagai markasnya. Khalifah Umar khawatir jika pasukan kaum muslim mendapat
gempuran dari Angkatan laut Romawi,
yang kala itu menguasai laut tengah dan berpusat di Konstantinopel. Oleh karena itu, ia membuat kota baru
yang bernama Futsthath sebagai
ibukota wilayah tersebut.
Kota
ke-3 yang dibangun kaum muslimin pada 22 H/643 M, selepas Basrah dan
Kuffah, yakni
Fusattum, yang semula dijadikan
barak militer dan berada pada posisi 4 kilometer dari tepi sungai Nil. Selain itu, sebagai penanda
keberhasilan bersejarah tersebut dan
meneladani jejak Rasulullah SAW, didirikanlah
sebuah Masjid.
Inilah bangunan masjid yang kini lebih dikenal
dengan Masjid Fustath, Prasasti Pembebasan Mesir oleh Kaum Muslimin.
Menurut
catatan sejarah,
masjid ini merupakan bangunan ke-4 setelah Masjid
Madinah, Kuffah, dan Basrah. Awalnya masjid ini sangat
sederhana dengan panjang 25 meter, lebar 15 meter, dan dinaungi atap yang terbuat dari kayu, pelapah kurma, dan batang-batang
pohon kurma. Saat itu, arah kiblat
tidak sepenuhnya tepat sehingga
diluruskan oleh Qurrah
ibn Syarik. Masjid
ini didirikan di tepi
sungai Nil dan hanya memiliki
3 dinding.
Pada
tahun 53 H/762 M, Masjid
Futsthath direnovasi
oleh Musalamah ibn Mukhallad yang saat
itu menjabat sebagai Gubernur Mesir
pada pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan.
Masjid tersebut diperluas dan temboknya dibuat dari batu bata. Selain itu ditambah empat
buah menara di setiap sudutnya. Konon, menara-menara
tersebut merupakan corak menara yang pertama kali dalam sejarah arsitektur Islam.
Selanjutnya,
Masjid Futsthath
diperindah oleh Abdul Aziz ibn Marwan,
seorang penguasa Dinasti Umawiyyah. Pada
tahun 93 H/710M, masjid
ini kembali direnovasi oleh Qurrah ibn Syarik sehingga bertambah luas. Kali ini, tembok masjid dibuat menjulang tinggi dan
atapnya dibuat dari kayu. Selain itu, beliau juga membuat
mihrab berceruk
untuk masjid ini. Inilah mihrab yang pertama
kali dibuat di Mesir.
Selanjutnya, masjid dilengkapi dengan sebuah mimbar
kayu yang indah. Pembangunan kemudian
diselesaikan oleh Shalih Ali,
yang saat itu menjabat sebagai gubernur Mesir.
Seiring
berjalannya waktu, Masjid Fustath, Prasasti Pembebasan Mesir oleh Kaum Muslimin, kembali mengalami renovasi, yang dilakukan oleh
Abdullah ibn Thahir, Thughj
Al-Ikhsyidi, Khalifah
Al-Munthasir,
hingga Shalahuddin al-Ayyubi. Setelah itu, renovasi kembali dilakukan
oleh Murad Beik pada tahun 1213 H/1798 M dan berujung pada tahun 1342 H/1922 M. Menurut Prof.Dr.Husain Mu’nis
dalam karyanya Al-Masajid, saat
ini secara artistik Masjid
Futsthath merupakan masjid yang sangat selaras dan terpadu.
Nah, sahabat wisata muslim. Demikian sekilas cerita tentang Masjid Fustath, Prasasti Pembebasan Mesir oleh Kaum Muslimin. Sahabat bisa mengunjunginya saat berkunjung ke Mesir. Untuk paket wisata muslim ke Mesir, sahabat bisa menghubungi Cheria Travel sebagai agen perjalanan Anda. Selamar berwisata! (RA)