Taman al-Azhar (panoramio.com) |
Taman al-Azhar Kairo -
Jika ditelusuri, umur Kairo sudah sangat tua sekali, setua agama Islam yang telah
menyebar menjadi agama besar dunia.
Seiring dengan tuanya umur Kairo, masih banyak ditemukan
benda purbakala yang masih kokoh berdiri
hingga kini.
Salah
satu simbol tuanya Kairo bisa dilihat saat kita
memasuki kawasan Taman
al-Azhar (Haqiqah al-Azhar
atau al-Azhar Park)
yang dibangun pada tahun
1404 H/1984 M atas ide Aga
Khan Award for Achitecture yang menyelenggarakan konferensi di Kairo dengan
tema “The Expanding
Metropolis”. Kala
itu, Kairo sedang
menghadapi sederet tantangan pembangunan, termasuk
tekanan jumlah penduduk yang kian melejit, penurunan kualitas
perumahan, dan
keperluan yang mendesak akan ruang hijau. Taman
ini menjadi hiasan kota di atas
lahan yang sebelumnya selama ratusan tahun lebih berupa gunung bebatuan yang berfungsi sebagai
tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
kota Kairo.
Dalam
konferensi itu, Agha Khan menyatakan
bahwa ia akan membiayai pembuatan sebuah taman bagi kota Kairo. Ternyata lokasi yang
paling cocok untuk taman itu terletak di Darasah. Lokasi dengan luas 30 hektar itu terletak di antara kota Al-Qatha’i
yang didirikan oleh Dinasti Ayyubiyyah dan Madinah Al-Mawat. Diperkirakan, biaya pembuatan
taman ini menghabiskan dana sekitar
270 milyar.
Taman al-Azhar dilihat dari atas udara (wisata.kompasiana.com) |
Saat
pertama kali didirikan, Kairo
terkenal dengan kota yang sarat
dengan taman. Kondisi
tersebut masih terpelihara
hingga paruh pertama abad ke-20 M.
Oleh karena itu pula Kairo yang terkenal dengan sebutan Kota
Seribu Menara juga dikenal sebagai Kota
Villa dan Taman. Sayangnya, sejak penggal
kedua abad ke-28 M, kota ini berubah menjadi kota
yang sangat sumpek. Apalagi
jumlah penduduk kota ini
melejit hingga sekitar 17 juta jiwa.
Proyek Taman al-Azhar sempat
dipandang sebelah mata oleh banyak pihak. Namun proyek itu akhirnya disetujui pemerintah
Mesir. Taman
al-Azhar dirancang oleh
perusahaan lanskap di Mesir, yaitu Sites Internasional. Rancangan yang dibuat didasarkan pada ide periode sejarah Islam, misalnya ruang terbuka berbentuk kebun buah-buahan, area tempat duduk
berpelindung (takhtabous), lengkung-lengkung dari
model lengkung era Dinasti Fatimiyyah,
serta air mancur dan saluran air ala Persia dan Samarkand.
Di
sisi lain, Taman al-Azhar dibuat dengan
gaya “Islamic Garden”, di mana banyak terpampang
mozaik-mozaik dalam seni Islam seperti halnya tanaman, bunga, dan ranting yang
dilukis berbentuk geometrik. Mozaik
ini tampak tertata rapi di dinding kubah, lantai, jalan, atau trotoar.
Selain
itu, terdapat
air mancur yang
indah. Lanskapnya merupakan cita
rasa tradisional dan modern. Sementara
hijaunya rumput dan keindahan pohon dengan
warna-warni bunga bisa
langsung kita saksikan di depan
mata.
Taman
al-Azhar berada di areal berkontur bukit
sepanjang bukit tinggi Mesir. Dari
bukit ini kita bisa menyaksikan berbagai kawasan Mesir yang penuh dengan
pemandangan berupa menara-menara masjid,
termasuk masjid yang berada di tengah Benteng Salahuddin Al-Ayyubi serta
eksotika gurun tandus.
Sahabat
wisata muslim, untuk memasuki kawasan Taman al-Azhar ini, turis atau pendatang dikenakan tarif tiket sebesar
5 pound atau 10.000 ribu rupiah.
Bisa dibilang, hampir mirip jika kita ingin berwisata ke Kebun Raya Bogor. Di Taman al-Azhar ini, kita bisa menyaksikan
sunset (matahari
terbenam) di
sela menara masjid dan ranting pepohonan.
Masjid Muhammad Ali dilihat dari Taman al-Azhar (flickr.com) |
Uniknya, saat sore hari tiba di Taman Al-Azhar terdapat
lampu-lampu gedung tua, rumah
tua, dan bangunan tua yang terlihat indah sekali. Kemegahan Benteng Salahuddin yang telah
didesain sedemikian rupa oleh pemerintah Mesir pada malam hari juga
terlihat garang, begitu pula
sorotan lampu dari Masjid Muhammad Ali. Semakin
sore, keramaian Taman al-Azhar sangat terasa. Sebagai
satu-satunya taman yang terluas dan terindah, taman ini dibuka hingga jam 12 malam.
Saat
malam tiba, kursi
yang disediakan di pinggir
taman bisa digunakan untuk bersantai sambil pemandangan
lampu-lampu kota yang sangat menakjubkan. Di halaman paling atas, sebelah
kanan taman,
terdapat beberapa kafe dengan nuansa yang sangat elegan. Sangat cocok untuk
bersantai dan menikmati keindahan kota. Terkadang, tempat ini juga dipakai untuk acara perikahan
penduduk setempat.
Pengalaman
unik lainnya juga bakal ditemukan saat menunaikan
shalat tepat di bawah langit di atas
rerumputan hijau yang ada di Taman al-Azhar,
yang setiap jengkal buminya masjid dan asalnya bersih serta suci. Lapangan rumput ini juga biasa digunakan untuk
beribadah shalat fardhu bersama orang-orang Mesir. Terasa begitu khusyu dan menyatu
dengan alam.
Nah,
inilah deskripsi sekilas Wisata ke Taman al-Azhar Kairo, Dari TPA Jadi Taman Penuh Pesona. Bagi sahabat wisata muslim yang tertarik untuk menikmati suasana santai di
Taman al-Azhar ini, paket umrah plus Mesir bisa digunakan sebagai sarana untuk
beribadah sekaligus berwisata. Cheria Travel menyelenggarakan paket umrah plus
Mesir yang akan mengantarkan sahabat wisata muslim untuk beribadah umrah
sekaligus menelusuri obyek wisata dan sejarah di Mesir. Ibadah tenang, wisata
pun nyaman. (Jng/RA)